Posts

Showing posts from January, 2016

Tak cukup 1 menit

Bicara denganmu...... tak cukup satu menit.... dua menit.... tiga menit.... Pernahkah kamu menelpon seseorang sampai lama sekali? sampai lupa waktu, lupa kalau ada janjian, lupa kalau ada tugas bahkan aduh.... lupa kalau mau sholat.... Parah ya.... Tentu saja orang yang ditelpon pasti bukan orang biasa. Orang itu pasti seseorang yang disayang... Eh.... Seperti ceritaku ini. Setiap hari pasti ada panggilan masuk atau panggilan keluar di handphoneku dari orang yang sama. Siapa lagi kalau bukan si orang spesial hehe... (re: Mama). Setiap hari minimal 1 menit waktu bicaraku dengan Mama. Biasanya itu sih kalau aku sibuk atau Mama sibuk. Selebihnya? Ya sampai kami puas bicaranya... Maklum lah.... Setiap hari pasti ada hal baru yang diceritakan. Entah urusan Mama di kantor, nilai ulanganku yang Naudzubillah, sampe adek abis makan apa.... Ya begitulah rutinitas anak yang jauh dari orang tua.... haha... Setidaknya dengan begitu kami jadi lebih memanfaatkan fungsi handphone yang s...

Bukankah, begitu jelas

Begitu jelas untuk didengar Merdu bunyinya Memekakan telinga Tetapi terkadang keduanya Seolah tidak mendengar Begitu jelas untuk dilihat Elok rupanya Membinarkan mata Tetapi terkadang keduanya Seolah tidak melihat Begitu jelas untuk dirasakan Nyaman rasanya Damai, tenang dan tentram Tetapi terkadang hati Seolah tidak merasakan Bukankah sejatinya setiap saat Begitu berharga untuk dinikmati Bunyinya, rupanya pun rasanya Tetapi terkadang telinga, mata pun hati ini Seolah mati tanpa mendengar, melihat pun merasakan -AS

Sudahlah.

Aku tidak ingin bicara, walau sudah jelas aku ingin mengatakan padanya. Tak usah lah. Lagipula, siapa aku? Aku hanya bumi yang mendambakan langit yang tinggi sekali. Yang sampai waktu ini belum mampu meraihnya. Getir sekali ketika menyadari bahwa hal ini mustahil terjadi. Langit itu... maksudku seseorang itu... bukan orang biasa... Ia istimewa. Tentu saja orang lain pun memandangnya begitu. Ia muda, cerdas, aktif, dan ramah pada setiap orang. Ramahnya membuat aku hampir salah sangka menilai perhatiannya. Ia memang begitu... ramah pada setiap orang apalagi wanita. Jadi sudah jelas bahwa sikapnya kepadaku sejatinya sama dengan sikapnya terhadap orang lain. Aku malu ketika berhadapan dengannya. Aku pun grogi ketika berbincang dengannya.    Mulutku kaku begitu ia memanggil namaku. Tidak bisa dijelaskan bagaimana perasaanku ketika berbincang dengannya. Hatiku begitu bahagia. Tapi aku kembali sadar akan suatu hal. Aku dan Ia berbeda... Sudah menjadi resiko bagiku bahwa k...