Rumah yang malang

Pintu pun jendela terbuka lebar
Terdengar suara-suara dari dalam
Suara tawa, kaki yang berlarian, dan sedikit keributan
Siapa lagi kalau bukan anak anak tuan dan nyonya
Yang tengah asyik bermain di dalam
Beberapa saat kemudian
Setelah ada salah satu dari anak anak menangis
Terdengar suara nyonya mengomeli anak yang lain
Disusul suara tuan menenangkan yang menangis
Begitulah keseharian dalam rumah itu
Tetapi itu dulu...
Sebelum nyonya merantau di pulau sebrang untuk mengais rupiah
Sebelum si sulung belajar di kota untuk meraih mimpi, katanya
Sebelum tuan pergi dan tak kembali lagi
Tinggallah si bungsu sendiri
Ditemani seorang pramuwisma, saudara nyonya dan anak perempuannya
Sekarang ketika pintu dan jendela dibuka
Hanya akan terdengar drama televisi
Tidak ada suara kejar-kejaran
Tidak ada suara omelan nyonya dan tuan
Dan tidak ada suara tawa
Kini, rumah itu
Dingin, gelap dan senyap
Nyonya dan si tengah pulang setahun sekali
Si sulung pulang seminggu sekali
Menyisakan si bungsu dan orang-orang itu
Malang benar rumah itu
Kini hanya menunggu dua musim kemarau lagi
Menunggu anak-anak tuan dan nyonya kembali bersama
Berbagi suka, duka, berbagi cerita

Comments

Popular posts from this blog

All about donor darah

Being A Nursing Student

The meaning of being adult